Sebelum kita melakukan investasi saham, sangat penting untuk mengetahui profil resiko kita. Dengan mengetahui COR (Capital, Objective, Risk) kita akan lebih disiplin dalam investasi maupun trading. ketika kita harus buy dan hold kita tidak akan mudah untuk menjualnya, begitu juga ketika kita harus cut loss kita tidak akan let loss run. Kita bisa lebih disiplin dalam investasi maupun trading karena kita tahu apa yang sedang kita lakukan dan kita tau apa tujuan dari investasi atau trading kita. Setelah kita mengetahui profile resiko kita, selanjutnya kita tentukan strategi yang paling sesuai dengan profile resiko kita. Dan strategi dalam investasi maupun trading ada banyak, jika kita tidak menyesuaikan dengan profile diri kita dan hanya ikut-ikutan saja maka bisa bahaya.
Jika dilihat dari analisis fundamental, ada beberapa jenis strategi investasi yang bisa kita pilih. Antara lain adalah : income investing, growth investing, dan value investing.
Income investing - adalah strategi investasi yang fokus pada pencarian income stock. Artinya income investing mencari perusahaan yang rutin membagikan keuntungan berupa deviden. Strategi ini adalah strategi yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan rutin dari saham dan meminimalkan resiko dari saham. Dan tentunya, untuk melakukan investasi dengan strategi income investing, kita perlu melakukan investasi pada perusahaan yang mapan. Dan perusahaan yang mapan secara fundamental menghasilkan profit yang setabil dan bertumbuh tiap tahun. Dengan demikian mereka punya alokasi dana untuk membagikan deviden tiap tahun. Contoh perusahaan yang membagikan deviden tiap tahun adalah BUMN dan saham Blue Chips seperti ASII, UNVR, PGAS, BMRI, dan JMSR. Selain membagikan deviden, perusahaan-perusahaan tersebut pertumbuhannya cukup stabil tiap tahun, dan hal ini cocok sekali untuk dijadikan investasi tahunan kita.
Growth Investing - adalah strategi investasi yang fokus dalam pencarian growth stock. Artinya dalam growth investing dicari saham-saham yang dipercaya memiliki potensi keuntungan dan pertumbuhan pendapatan yang tinggi dimasa depan. Saham-saham yang dipilih untuk growth investing punya P/E atau valuasi mahal karena dinilai sebagai barang "eksklusif" oleh market. Kelemahan dari growth investing terkadang tidak mungkin sebuah perusahaan memberi profit spektakuler terus-mererus selama 5 tahun.
Value Investing - adalah strategi investasi yang fokus pada pencarian saham-saham yang murah secara valuasi, bukan secara nominal. Artinya, bisa saja saham yang seharga Rp.60.000 lebih murah dari saham yang seharga Rp.16.000 karena valuasinya lebih kecil. Contoh : misalnya saham ASII harga Rp.60.000/lembar saham memiliki PER 14, sedangkan IMAS dengan harga saham Rp.16.000/lembar memiliki PER 27. Nah, seorang value investing akan lebih memilih ASII daripada IMAS. Hal ini bukan berarti saham IMAS tidak bagus. Hanya saja jika dipilih berdasarkan kriteria value investing, ASII lebih memenuhi kriteria, sedangkan IMAS sendiri sangat bagus untuk trading. Value investor membeli jika saham tersebut berada jauh di bawah harga wajarnya (undervalued) atau dianggap murah. Umumnya saham blue chips valuasinya sudah tidak murah karena diburu banyak investor, yang tersisa tinggal saham-saham yang kurang diminati seperti saham lapis kedua dan lapis ketiga. Hal ini meningkatkan resiko karena saham lapis kedua dan lapis ketiga tersebut kadang sulit diprediksi kinerjanya dimasa depan.
Sebenarnya masih ada strategi satu lagi yang merupakan kombinasi dari growth investing dan value investing dan strategi ini dinamakan quality investing (GRAP).
Quality Investing (GRAP) - adalah strategi yang fokus mencari saham-saham yang memiliki pertumbuhan tinggi tetapi valuasinya masih murah. Namun seperti pribahasa bilang "ada harga ada rupa", sulit untuk mencari saham bagus dan memiliki valuasi murah. Meskipun quality investing merupakan strategi terbaik, tetapi mimiliki pilihan saham yang sangat sempit.
semoga bermanfaat... keep blogging!!!
0 comments:
Post a Comment