IP

16.7.12

Market Timing, Strategi Investasi Saham - by Ellen May

Strategi investasi salah satu faktor yang amat menentukan untuk mencapai keberhasilan investasi. Jika strategi yang diterapkan salah, maka hasil investasi akan kurang maksimal, bahkan bisa jadi justru mendatangkan kerugian. Sebaliknya jika strateginya jitu, investasi akan membuahkan hasil yang maksimal.

Salah satu strategi yang sering dipergunakan oleh banyak investor: menerapkan jurus momentum pasar/lebih dikenal dengan istilah Market Timing. Market timing adalah kemampuan investor dalam menentukan waktu kapan ia masuk pasar dan kapan ia keluar pasar. Selain itu, market timing juga berbicara tentang kapan harus keluar dari sebuah investasi untuk dipindahkan ke jenis investasi lainnya. Dalam implementasinya market timing berarti keluar pada saat pasar akan turun, dan masuk pada saat pasar akan naik. Kapan saat yang tepat masuk/beli saham? Pertanyaan sederhana yang sangat sering dilontarkan oleh investor! Tidak ada jawaban exact untuk pertanyaan tersebut karena tidak seorangpun yang bisa memastikan apa yang akan terjadi esok. Namun ada beberapa strategi yang bisa Kita pilih untuk menentukan kapan akan mulai membeli saham / mulai berinvestasi. Perlu dicatat bahwa strategi yang dipilih oleh orang yang 1 bisa berbeda dengan strategi yang dipilih orang lain.

Strategi pertama, ESP / Equity Saving Plan, adalah sebuah strategi beli saham utk tujuan investasi lebih dari 3 tahun. Tujuan investasi tahunan adalah untuk pelipatgandaan uang jangka panjang tanpa harus terus mengamati market. Dengan membeli saham secara rutin tiap bulan, akan diperoleh harga rata-rata sebuah saham. Strategi ESP punya kelebihan,mudah dilakukan untuk pemula sekalipun. Hanya butuh konsistensi. Namun kelemahannya, strategi ini kurang efektif hasilnya dalam jangka pendek, jadi memang butuh kesabaran.

Strategi berikutnya adalah memanfaatkan momentum dalam market, memanfaatkan turun naiknya harga saham (market timing). Kita bisa memanfaatkan turun naiknya harga saham dalam rentang waktu tahunan, bulanan,atau harian,sesuai pilihan Kita. Strategi market timing dgn memanfaatkan fluktuasi harga pasar ini membutuhkan keterampilan lebih dlm membaca pergerakan harga. Keterampilan yang dimaksud dalam membaca pergerakan harga ini adalah kemampuan dalam melakukan analisis teknikal. Tidak perlu menjadi seorang analis teknikal yang handal dalam membaca pergerakan harga. Cukup kuasai tentang trend, support resisten, plus pengendalian emosi dan kedisiplinan, Kita bisa berhasil investasi/trading saham! Jika Kita memilih untuk berinvestasi bertahun-tahun, perhatikan grafik bulanan dengan rentang waktu 5-10 tahun. Jika Kita memilih untuk berinvestasi / trading beberapa bulan, perhatikan grafik mingguan dengan rentang waktu 6 bulan-2 tahun. Jika Kita memilih trading jangka pendek beberapa hari-beberapa minggu,perhatikan grafik harian dengan rentang waktu 1-6 bulan. Setelah memilih rentang waktu, perhatikan trend harga yang terlihat pada grafik saat itu.

Apa sih trend harga? Jika trend harga cenderung naik, Kita boleh melakukan aksi beli. Ditandai dengan terbentuknya higher high & higher low. Nah jika harga cenderung turun sebaiknya hindari untuk melakukan aksi beli karena sudah pasti investasi Kita akan lama berbuah. Jika Kita berinvestasi ketika trend harga cenderung turun, investasi Kita bisa merugi untuk waktu yang lama. Demikian juga, kalau Kita berinvestasi ketika trend sedang mendatar / sideways, maka return investasi juga lebih lembat. Contohnya, 2009-2010 market sangat uptrend, maka tidak heran jika Kita dapat untung puluhan sampai dengan ribuan % dalam periode tersebut. Emang ada ya saham yang member return 1000% pada periode 2009-2010?Ada dong.. GGRM contohnya. Saham GGRM naik dari 4500 an pada tahun 2009 menjadi 52 ribu an di tahun 2010, lebih dari 1000%!

Nah, beda lagi ceritanya, jika Kita berinvestasi di timing yang kurang tepat, yaitu saat market turun, pada awal 2008. Pada periode 2008 awal sampai dengan 2008 akhir, bursa saham runtuh puluhan persen, IHSG rontok 58% dari level tertinggi. Sebagus apa pun fundamental perusahaan, sepintar apa pun investor memilih saham, pasti rugi jika melawan trend! Pada tahun 2008 trend harga saham turun tajam, trader / investor yang mencoba beli saham berarti sedang melawan trend. Nah beda lagi ceritanya jika Kita mulai berinvestasi di tahun 2011, dimana penguatan / uptrend mulai berakhir. Pada tahun 2011, market mulai masuk trend sideways / menyamping. Apa akibatnya? Jangan heran, jika Kita mulai beli reksadana saham pada th 2011 maka hasilnya juga cenderung biasa-biasa saja.

Berinvestasi saham jangka panjang, pada trend naik bisa membuat uang Kita berlipat. Sebaliknya, berinvestasi saham jangka panjang ketika trend turun, bisa membuat kantong Kita kering. Berinvestasi pada trend yang tepat akan mempercepat pertumbuhan investasi Kita. Namun jika Kita tidak bisa membaca trend, strategi ESP dan DCA akan meminimalkan resiko dalam investasi. Strategi ESP dan DCA lebih ditujukan untuk pemula, return tidak secepat trend follower, namun resiko juga lebih moderat. Masing-masing strategi punya plus & minus. Strategi investasi mana yang akan Kita pilih ? Semua kembali pada pribadi Kita :)

Sumber dari Kultwit tentang investasi saham oleh Ellen May
semoga bermanfaat... keep blogging!!!

0 comments:

Post a Comment

il

il
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...