Growth investing adalah strategi investasi jangka panjang dengan mencari growth stock/saham yang bertumbuh.Nah, yang masuk ke dalam growth stock adalah perusahaan yang punya pertumbuhan dan laba cukup besar. Jika pada income stock laba digunakan untuk deviden, pada growth stock laba digunakan untuk ekspansi. Growth stock biasanya cukup menonjol dan memimpin saham-saham lain di sektorya. Growth stock ibarat negara berkembang. Perusahaan ini sedang bertumbuh dan pada umumnya belum teruji dalam jangka panjang. Saham-saham yang sedang bertumbuh tersebut tidak selamanya menjadi market leader atau belum tentu bisa konsisten. Nah, hal ini menunjukkan bahwa growth stock punya reward dan resiko setahap diatas income stock dan value stock.
Saham-saham bertumbuh/growth stock yang bisa ditemui di bursa umumnya harganya sudah meningkat. Namun meskipun harganya sudah tinggi, harga saham emiten yang bertumbuh bisa menjadi lebih tinggi lagi. Saham perusahaan yang bertumbuh umumnya harganya bisa dua kali lipat dalam tempo 3-7 tahun. Tingkat pertumbuhan harga rata-rata 10 % -30 % per tahun.
Trus bagaimana caranya memilih saham-saham yang sedang bertumbuh/growth stock? Untuk memilih saham yang sedang bertumbuh, kita bisa menggunakan kriteria pemilihan saham terbaik berdasar sektornya dulu. Setelah menemukan sektor yang sedang trend/memimpin pada masa tersebut, cek laba/pendapatan perusahaan dengan cara mengecek dari rasio EPS (Earn Per Share = laba per lembar saham setelah dipotong pajak) dan ROE (Return on Equity) nya. Kedua rasio tersebut menunjukan laba/pendapatan perusahaan.
Bagaimana melihat pertumbuhan EPS? cek EPS kuartal terakhir, sebaiknya bertumbuh minimal 15 % dibanding periode yang sama tahun lalu. Contohnya : EPS kuartal I tahun 2012 dibanding kuartal I tahun 2011 sebaiknya bertumbuh rata-rata 20 %. Nah pertumbuhan EPS tersebut sebaiknya terjadi konsisten dalam waktu5 tahun berturut-turut. Untuk ROE, sebaiknya tumbuh 15 % - 20 % selama 5 tahun terakhir berturut-turut. Angka ROE yang bagus adalah diatas 20 %. Jika ROE nya di bawah 7 % gimana ya? berarti return nya setahun hanya 7 % dan artinya return perusahaan tersebut tidak lebih dari return bunga deposito.
Nah, sebaiknya growth stock segera dibeli setelah muncul sinyal bahwa ia akan bertumbuh dimasa depan. Sinyal bahwa ia akan bertumbuh umumnya secara teknikal, saham bertumbuh/growth stock nampak sangat uptrend pada grafik. Dengan demikian, sinyal yang biasanya muncul adalah terjadinya break out. Apa itu break out? Break out artinya ketika sebuah level harga melampaui batas atas/resisten dan potensial untuk melanjutkan kenaikan. Jadi growth stock bisa dibeli dengan strategi buy high sell higher. Namun kita tetep perlu berhati-hati dalam melakukan strategi ini. Strategi buy high sell higher cocok dilakukan disaat market besar sedang mendukung. Kalau seperti saat ini bagaimana? Kalau untuk saat ini, meski ada beberapa growth stock seperti MAPI, namun tetap kurang bijak untuk melakukan buy high sell higher. Kenapa demikian? Karena pada marker bearish/trend turun seperti saat ini, harga mudah sekali turun, sekalipun fundamental perusahaan sangat bagus.
Growth stock juga bisa dibeli secara rutin/bertahap misalnya setiap bulan mencicil dengan sebagian kecil dana (metode ESP). Saham jenis ini sebaiknya dijual jika muncul tanda-tanda tidak mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan dalam jangka panjang. Jika dalam tiap kuartal terjadi perlambatan tingkat pertumbuhan EPS saat itulah kita menjualnya. Time frame untuk growth investing biasanya berkisar 1 tahun. Nah apasih contoh saham growth stock? beberapa contoh saham bertumbuh antara lain : MAPI, SSIA, JSMR, dll. MAPI adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (Starbucks,Giordano), JSMR adalah pengelola jalan tol PT Jasa Marga Tbk. Nah, apa lagi ya saham-saham yang bagus untuk growth investing? Coba cek sendiri ya rasio-rasionya di http://t.co/pC9vp7fG atau Reuters.
semoga bermanfaat... keep blogging!!!
0 comments:
Post a Comment